WHAT'S NEW?
Loading...
Tampilkan postingan dengan label Fakta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fakta. Tampilkan semua postingan

 Seperti tahun-tahun yang lalu, Presiden Joko Widodo selalu memberi tema yang berbeda pada setiap HUT RI.

Berikut ini adalah tema dan logo HUT RI yang ke 75.

Logo Utama HUT RI ke 75 PNG


Logo Utama HUT RI ke 75 Merah dan Putih PNG


Logo Utama dan Ornamen HUT RI ke 75 PNG


Tidak lama setelah Proklamasi Republik pada tahun 1945 dibentuk komisi yang membuat desain Lambang Negara. Tampaknya tidak mungkin menemukan dalam sejarah sebuah simbol yang sudah ada dan layak untuk Indonesia ini. Pada akhirnya diusulkan bahwa bantèng, bulan sabit, pohon kelapa, dan matahari dengan tujuh sinar harus berada di lambang.


Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1949), yang disusul dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia melalui konferensi meja bundar pada tahun 1949, merasa perlu bagi Indonesia (yang saat itu masih disebut Republik Indonesia Serikat) untuk memiliki lambang negara.


Pada 10 Januari 1950 dilantik Panitia Teknis dengan nama Panitia Koordinasi Lambang Negara oleh Menteri Sultan Hamid II. Dia ditugaskan oleh presiden untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan simbol negara. Panitia teknis terdiri dari Muhammad Yamin (ketua), dan Ki Hajar Dewantara, MA Pellaupessy, Moh Natsir dan RM Ng Poerbatjaraka.




Gambar di atas adalah 2 rancangan lambang negara oleh Muhammad Yamin, namun ditolak karena ada unsur matahari terbit khas Jepang. 


Pada beberapa desain yang dibuat oleh Dirk Rühl untuk Sultan Hamid II, ada seekor garuda yang menopang perisai yang dipotong empat yang di atasnya adalah kepala bantèng, waringin, keris dan padi bersama dengan barrulet hitam di atas semuanya.



Gambar di atas merupakan desain Sultan Hamid II yang merupakan garuda mitologi Hindu khas Jawa. Terdapat perisai padi, beringin, kris, kapas, dan banteng. 


Dalam desain akhir yang dijabarkan pada tanggal 7 Februari 1950 disertai gambar tertanggal 12 Februari 1950 diperoleh hasil:

Sultan Hamid II, Soekarno, dan Hatta masih mendiskusikan bentuk akhir dari lambang negara ini. Pita yang dicengkram diberi tulisan 'Bhinneka Tunggal Ika'. Kemudian Sultan Hamid II mengubah bentuk manusia burung yang merupakan mitologi Jawa menjadi buru elang sehingga tidak terlihat budaya Jawa-nya. Desain terakhir ini lah yang disetujui oleh Soekarno untuk diajukan ke dewan Negara. Sampai akhirnya berkembang menjadi seperti yang sekarang ini. 

 

Artikel ini adalah terjemahan dari: 

http://www.hubert-herald.nl/IndonesiaRepublik.htm

Kota-kota di Indonesia sudah berkembang saat Hindia Belanda berkuasa. Hindia Belanda lah yang memiliki peran besar dalam perkebangan suatu kota di sini. Mengatur mulai dari pemerintahan sampai segala macam administrasi. Sama halnya dengan Indonesia saat ini, Hindia Belanda pun dibagi-bagi menjadi daerah yang lebih kecil lagi atau disebut subdivisi. Dapat dilihat di sini.

Berikut ini adalah logo atau lambang kota-kota pada saat Indonesia masih menjadi Hindia Belanda.


Sumber: https://www.heraldry-wiki.com/heraldrywiki/wiki/File:Nedindie1933.jpg


Keterangan

Kolom kiri: Amboina, Bali, Bandung, Banjuwangi, Batavia, Blitar, Buitenzorg, Cheribon, Garoet, Madioen, Magelang, Makassar, Malang, Medan.

Kolom Kanan: Menado, Minahasa, Modjokerto, Padang, Palembang, Pasoeroean, Pekalongan, Salatiga, Semarang, Soekabumi, Soerabaja, Tegal, Tjiandjoer, Prov. West Java.