LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM RESPIRASI
Disusun
Oleh:
Nama |
: |
Rasyid
Ridho |
NIM |
: |
2224142983 |
Kelas |
: |
VI
C |
Sesi |
: |
1 |
Kelompok |
: |
3 |
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Setiap
makhluk hidup termasuk manusia membutuhkan adanya pertukaran gas berupa oksigen
dan karbondioksida agar sistem-sistem di dalam tubuhnya seimbang. Oksigen dan
karbondioksida bertukar posisi pada proses pernapasan. Proses pernapasan
dilakukan dalam suatu sistem organ tubuh manusia yaitu sistem pernapasan.
Karbondioksida
pada tubuh manusia yang dikeluarkan adalah dari hasil metabolisme seluler,
apabila tidak dikeluarkan akan menjadi racun. Selain dikeluarkannya
karbondioksida, pada saat bernapas juga menghirup udara yang mengandung
oksigen. Organ-organ pernapasan dengan proses fisiologisnya akan terangsang oleh
kadar karbodioksida untuk dikeluarkan melalui proses ekspirasi (exhale)
kemudian memasukkan oksigen melalui proses inspirasi (inhale).
Udara yang masuk dan keluar memiliki
volume tersendiri tergantung pada seberapa kuat menghirup dan menghembuskannya
serta kapasitas paru-paru. Namun di dalam banyak buku telah diketahui volume
pernapasan yang dihirup dan dihembuskan. Sama halnya dengan volume udara pernapasan,
frekuensi pernapasan setiap orang berbeda-beda. Perbedaan frekuensi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pada praktikum ini akan mengukurbesarnya
CO2 yang dihasilkan dalam proses respirasi dan menguku frekuensi
pernapasan. Hal-hal atau faktor yang mempengaruhi besarnya CO2 hasil
respirasi dan frekuensi pernapasan akan diamati dalam praktikum ini.
1.2 Tujuan
Praktikum
1. Mengukur
besarnya CO2 yang dihasilkan dalam proses respirasi
2. Mengukur
frekuensi pernapasan
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Respirasi
Respirasi
dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup
melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi untukk digunakan dalam kegiatan
kehidupan sehari-hari. Respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun,
istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup dpada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari
individu hingga satuan terkeci, sel. Apabila pernapasan diasosiasikan dengan
penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan
oksigen (Yulaekah, 2007: 45).
Saluran perapaasan adalah saluran
proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan, yang terjadi
dalam paru-paru disebut pernapasan luar. Pada pernapasan melalui paru-paru atau
respirasi eksternal, oksigen dihirup melalui hidung dan mulut. Pada saat
bernapas oksigen masuk melalui batang tenggorok atau trakea dan pipa bronkial
ke alveoli, dan erat hubungannya dengan darah di dalam kapiler pulmonaris (Wulandari,
2014: 8)
2.2 Reaksi
Kimia Respirasi
Transpor oksigen dalam darah
terjadi dengan dua cara, yaitu dengan cara sederhana (terlarut dalam plasma
darah) atau dengan cara diikat oleh pigmen respirasi, yaitu senyawa khusus yang
dapat mengikat dan melepas oksigem secara bolak-balik. Pigmen respirasi
merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau plasma) yang memiliki
afinitas/daya gabung tinggi terhadap oksigen. Pigmen respirasi sangat
diperlukan oleh darah cairan tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan
oksigen (Isnaeni, 2006: 197)
Pigmen
respirasi yang dimiliki manusia adalah hemoglobin, hemoglobin sangat mudah berikatan dengan
oksigen dan membentuk oksihemoglobin.oksigen akan berikatan dengan haemin (Hb)
tepatnya pada Fe++ yang terdapat pada pusat gugus tersebut. Reaksi
pengikatan Hb dengan O2 adalah sebagai berikut:
Hb + O2 HbO2
Gas-gas
respirasi yang dikeluarkan merupakan hasil dari aktivitas sel yaitu metabolisme
berupa CO2 dan air. Karbondioksida akan sangat mudah berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang memiliki kekuatan untuk menciptakan
kondisi asam. Oleh karena itu, CO2 yang terbentuk di jaringan harus
segera diangkut dan dikeluarkan dari tubuh. Reaksi antara CO2 dan
air terjadi melalui persamaan reaksi berikut:
CO2 + H2O
H2CO3
2.3 Organ-Organ
Sistem Respirasi
Saluran penghantar udara hingga
mencapai paru-pari adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus.
Saluran pernapasana dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara akan disaring, dihangatkan,
dan dilembabkan. Ketiga prosesini merupakan fungsi utama mukosa inspirasi yang
terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan bersel goblet. Paru
merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks
atau dada. Kedua paru-paru terpisah oleh mediastum sentral yang di dalamnya
terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru terdapat apeks dan
basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkusm saraf, dan
pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukkan telah terjadi gangguan . Paru
kanan lebih besar dari paru kiri dan dibagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris,
sedangkan paru kiri terbagi menjadi 2 lobus (Saminan, 2012: 122).
2.4 Proses
Bernapas
Udara dapat masuk atau keluar
paru-paru karena adanya tekanan antara udara luar dan udara dalam paur-paru.
Perbedaan tekanan ini terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan
besar-kecilnya rongga dada, rongga perut, dan rongga alveolus. Perubahan
besarnya rongga ini terjadi karena pekerjaan otot-otot pernapasan, yaitu otot
antara tulang rusuk dan otot pernapasan tersebut, maka menurut Wulandari (2014:
10) pernapasan dibedakan menjadi dua yaitu:
a.
Pernapasan Dada
Pernapasan
dada adalah pernapasan yang menggunakan gerakan-gerakan otot antartulang rusuk.
Rongga dada membesar karena tulang dada dan tulang rusuk terangkat akibat kontraksi otot-otot yang
terdapat di antara tulang-tulang rusuk. Paru-paru turut mengengembang,
volumenya menjadi besar, sedangkan tekanannya menjadi lebih kecil daripada
tekanan udara luar. Dalam keadaan demikian udara luar dapat masuk melalui
batang tenggorok ke paru-paru.
b.
Pernapasan Perut
Pernapasan
perut adalah pernapasan yang menggunakan otot-otot diafragma. Otot-otot sekat
rongga dada berkontraksi sehingga diafragma yang semula cembung menjadi agak
rata, dengan demikian paru-paru dapat mengembang ke arah perut. Pada waktu itu
rongga dada besar dan udara terhirup masuk.
2.5 Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pernapasan Seseorang
Menurut Limbong (2016: 15) faktor-faktor
yang mempengarruhi pernapasan berlangsung secara normal adalah sebagai berikut:
a. Suplai
oksigen yang adekuat, apabila suplasi oksigen terganggu disebabkan tercampurnya
udar yang dihirup dengan gas-gas inert, asap, keracunan CO2
menyebabkan nyeri kepala, sesak napas, lemah, berkeringat, penglihatan kabur,
pendengaran berkurang, dan mengantuk.
b. Saluran
udara yang utuh dimana tidak ada hambatan saluran udara yang mengalirkan O2
melalui trakheobronkhial menuju membran alveolus kapiler.
c. Jumlah
hemoglobin yang adekuat bersama-sama untuk membawa O2 pada sel-sel
tubuh.
d. Adanya
alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit pernapasan
terminal dalam jumlah yang cukup.
Menurut
Hermawan (2012: 22) frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau
mengeluarkan udara permenit, dari dalam ke luar tuuh atau dari lar ke dalam
tubuh. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar 16-18 kali.
Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah:
a. Jenis
kelamin, umumnya laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat
dibandingkan perempuan.
b. Suhu
tubuh, semakin tinggi suhu tubu (demam) maka frekuensi pernapsan akan semakin
cepat.
c. Posisi
tubuh, posisi berdiri lebih cepat frekuensi pernapasannya dibandingkan posisi
duduk.
d. Aktivitas,
frekuensi pernapasan meningkat seiring dengan semakin tingginya aktivitas.
Pada
keadaan normal, usia dapat mempengaruhi frekuensi pernapasan dan kapasitas
paru-paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewas antara 16-18 kali permenit,
pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan bayi sekitar 30 kali
permenit. Walaupun orang dewasa frekuensi pernapasan lebih kecil dibandingkan
dengan anak-anak dan bayi akan tetapi kapasitas vital paru pada orang dewasa
lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi (Wulandari, 2014: 20)
III. METODE
PRAKTIKUM
3.1 Alat
dan Bahan
3.1.1 Pengukuran
Molekul CO2 Hasil Respirasi
3.1.1.1 Alat
1. Selang
plastik berdiameter 0,5 cm
2. Kantung
plastik
3. Gelas
ukur volume 100 ml
4. Pipet
tetes
5. Batang
pengaduk
3.1.1.2 Bahan
1. Air
2. NaOH
(0,1 M)
3. Bromthimol
Blue
3.1.2 Pengukuran
Frekuensi Pernapasan
3.1.2.1 Alat
1. Selang plastik (pipa) berdiameter 0.5 cm
2.
Kantung plastik
3.
Stopwatch
3.1.2.2 Bahan
1. Udara
pernapasan
3.2 Cara
Kerja
3.2.1 Pengukuran
Molekul CO2 Hasil Respirasi
1. Kantung
plastik diikat dengan pipa plastik dengan erat sehingga tidak terjadi kebocoran
2. Tiga
gelas ukur 100ml disediakan, masing-masing diisi dengan 50 ml air. Sepuluh
tetes indikator brom thimol blue ditambah, diaduk sampai merata. Jika
air tidak berwarna biru beberapa tetes NaOH ditambahkan samapai warna menjadi
biru. Hal yang sama dilakukan pada gelas ukur yang lain. Tanda A, B, dan C
diberikan pada ketiga gelas ukur tersebut.
3. Pada
keadaan istirahat, napas dilakukan secara normal. Napas dihembuskan ke dalam
kantung plastik, napas jangan ditahan terlalu lama, napas dilakukan secara
normal. Jika dalam keadaan biasa hembusan napas dikeluarkan pada udara terbuka,
maka sekarang hembusan napas ditampung dalam kantung plastik sampai kantung
plastik penuh.
4. Setelah
kantung plastik penuh dengan hembusan naas, pipa plastik segera dilipat bagian
tengah agar tidak ada udara yang keluar dari kantung plastik. Ujung pipa
plastik dimasukkan ke dalam gelas ukur A. Udara dikeluarkan dari kantung
plastik sedikit demi sedikit.
5. Pada
gelas ukur A (sekarang berwarna kuning) diberikan setetes larutan NaOH dan
diaduk. Jika warna belum menjadi biru satu tetes NaOH ditambahkan lagi. Cara
tersebut terus diulangi sampai warna menjadi biru.
6. Volume
NaOH yag dipakai diukur , dengan cara sejumlah tetesan yang sama banyaknya
ditampung di dalam gelas ukur 10 ml.
7. Sekarang
Kampus Untirta dikelilingi sampai kondisi anda terengah-engah
8. Tahapan
nomor 3-6 dilakukan. Perbedaannya ujung pipa plastik dimasukkan dalam gelas
ukur.
9. Volume
kantung plastik diukur dengan cara mengisi air kedalam kantung plastik. Agar
kantung plastik tidak pecah maka sewaktu air diisi kantung plastik harus berada
dalam air (kantung plastik dimasukkan ke dalam ember yang berisi air) kemudian
air yang ada dalam kantung tersebut diukur.
10. Banyaknya
mikromol CO2 yang terdapat dalam satu liter udara yang berasal
darihembusan napas dihitung
3.2.2 Mengukur
Frekuensi Pernapasan
1. Frekuensi
bernapas ketika sedang duduk dalam waktu satu menit diukur
2. Kegiatan
pada nomor satu dilakukan sebanyak tiga kali
3. Frekuensi
bernapas dalam waktu satu menit setelah
berjalan sepulung menit diukur
4. Pengukuran
diulangi dua kali (tanpa berjalan lagi)
5. Frekuensi
bernapas dalam waktu satu menit setelah berlari selama sepuluh menit diukur
6. Pengukuran
diulangi dua kali (tanpa berlari lagi)
7. Data
yang diperoleh ditulis dalam tabel
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Praktikum
4.1.1 Pengukuran
CO2 Hasil Respirasi
Tabel
1 hasil pengukuran jumlah tetes NaOH
No |
Nama |
Jenis
Kelamin |
Berat Badan |
Jumlah
tetes NaOH |
Massa
CO2 |
||
Sebelum (tetes) |
Setelah (tetes) |
Sebelum
(mg) |
Sesudah
(mg) |
||||
1 |
Ridho |
L |
<50
Kg |
40 |
50 |
0,44 |
0,55 |
2 |
Sapto |
L |
>50
Kg |
120 |
142 |
1,32 |
1,562 |
3 |
Reva |
P |
<50
Kg |
95 |
100 |
1,045 |
1,1 |
4 |
Susan |
P |
>50
Kg |
125 |
50 |
1,375 |
0,55 |
Reaksi NaOH:
CO2 + H2O
H2CO3
H2CO3
+ H2O 2H2O + Na2CO3
H2CO3 + NaOH H2O + Na2CO3
H2O + CO2
+ NaOH H2O + Na2CO3
Perhitungan massa CO2
a. Laki-laki
>50 Kg
Ø Sebelum
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 40 x 0,05 ml
=
2 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 2 ml x 0,01 mol
= 0,02 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,02 mol x 1/2
= 0,01 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,01 mol x 44
= 0,44 mg
Ø Setelah
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 50 x 0,05 ml
=
2,5 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 2,5 ml x 0,01 mol
= 0,025 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,025 mol x 1/2
= 0,0125 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,0125 mol x 44
= 0,55 mg
b.
Laki-laki <50 Kg
Ø Sebelum
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
=120 x 0,05 ml
=
6 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 0,06 ml x 0,01 mol
= 0,06 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,06 mol x 1/2
= 0,03 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,03 mol x 44
= 1,32 mg
Ø Setelah
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
=142 x 0,05 ml
=
7,1 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 7,1 ml x 0,01 mol
= 0,071 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,071 mol x 1/2
= 0,0355 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,0355 mol x 44
= 1,562 mg
c. Perempuan
>50 Kg
Ø Sebelum
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 95 x 0,05 ml
=
4,75 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 4,75 ml x 0,01 mol
= 0,0475 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,0475 mol x 1/2
= 0,02375 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,02375 mol x 44
= 1,045 mg
Ø Setelah
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 100 x 0,05
ml
=
5 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 5 ml x 0,01 mol
= 0,05 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,05 mol x 1/2
= 0,025 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,025 mol x 44
= 1,1 mg
d. Perempuan
<50 Kg
Ø Sebelum
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 125 x 0,05
ml
=
6,25 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 6,25 ml x 0,01 mol
= 0,0625 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,0625 mol x 1/2
= 0,03125 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,03125 mol x 44
= 1,375 mg
Ø Setelah
aktivitas
o NaOH = Jumlah tetes NaOH x 0,05 ml
= 50 x 0,05 ml
=
2,5 ml
o
Mol NaOH = Volume NaOH x N NaOH
= 2,5 ml x 0,01 mol
= 0,025 mol
o
Mol CO2 = Mol NaOH x 1/2
= 0,025 mol x 1/2
= 0,0125 mol
o
Massa CO2 = Mol x Mr CO2
= 0,0125 mol x 44
= 0,55 mg
4.1.2 Pengukuran
Frekuensi Pernapasan
Tabel
2 hasil pengamatan frekuensi pernapasan
Nama |
Berat Badan (Kg) |
Aktivitas
(Menit ke-) |
||||||||
Duduk |
Jalan |
Lari |
||||||||
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
||
Siti Khaerani |
>
50 |
40 |
34 |
28 |
50 |
44 |
42 |
75 |
65 |
50 |
Putri Sarah |
<
50 |
24 |
23 |
22 |
29 |
26 |
25 |
32 |
31 |
30 |
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengukuran
CO2 Hasil Respirasi
Pada pengamatan ini menggunakan larutan Bromthimol
Blue dan air yang diteteskan NaOH. Bromthimol Blue digunakan sebagai
indikator warna yang akan terlihat perubahannya saat dicampurkan dengan gas CO2.
NaOH yang ditambahkan pada larutan sebagai pengikat gas CO2. Menurut
Isnaeni (2006: 201) karbondioksida dalam tubuh manusia diangkut oleh pembuluh
darah dalam bentuk ion bikarbonat atau senyawa bikarbonat yaitu NaHCO3.
Sehingga NaOH ditambahkan pada larutan dan akan menjadi ion Na+
serta berikatan dengan HCO3.
Hasil pada tabel 1 menunjukkan massa CO2
yang dihasilkan dari hasil respirasi oleh beberapa orang yang berbeda berat
badannya dan jenis kelaminnya serta pada pengaruh aktivitas tubuh. Terlihat
perbedaan antara dua orang yang berjenis kelamin sama namun berat badannya
berbeda. Tak hanya itu, terdapat perbedaan kadar CO2 pula antar
jenis kelamin yang berbeda dan sebelum serta setelah aktivitas.
Kadar CO2 dari tabel 1
menjelaskan bahwa seseorang yang
beraktivitas akan memiliki kadar CO2 yang lebih tinggi dari
pada ketika sebelum berkativitas. Menurut Hermawan (2012: 22) menyatakan bahwa
seseorang yang beraktivitas akan memliki kadarr CO2 yang lebih
tinggi daripada sebelum beraktivitas. Hal ini disebabkan semakin tinggi
aktivitas maka laju respirasinya meningkat. Peningkatan laju respirasi akan
berdampak pada peningkatan hasil respirasi yaitu CO2. Pada lain
sisi, sel-sel dalam tubuh juga ikut meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan
energi sehingga akan menghasilkan produk samping berupa CO2 banyak
dan akan dikeluarkan melalui saluran pernapasan. Namun dalam tabel hasil di
atas terdapat ketidaksesuaian data dengan literatur. Hal ini disebabkan oleh
kesalahan pada proses pembuatan dan pembandingan larutan Bromthimol Blue
(BTB) yang dibuat praktikan dengan indikator larutan yang dibuat asisten praktikum.
Perhitungan memperlihatkan bahwa kadar
CO2 dapat dihitung dengan menghitung tetesan volume NaOH yang
ditambahkan kemudian dikonversikan menjadi massa CO2. Setiap tetesan
NaOH pada larutan BTB yang dibuat berbeda jumlahnya hal ini akan mempengaruhi
besarnya massa CO2 yang akan diikat oleh ion Na+. Semakin
banyak NaOH yang diteteskan potensi terikatnya CO2 akan banyak dan
menaikan kadar CO2 yang diikatnya.
Jika dilihat di dalam tabel hasil,
berdasarkan berat badan secara keseluruhan baik laki-laki maupun perempuan
keduanya menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki berat badan di bawah 50 Kg
menghasilkan CO2 respirasi lebih sedikit daripada yang berat
badannya di atas 50 Kg. Menurut Saminan (2012: 122) hal ini disebabkan karena
semakin besar berat badan seseorang maka akan semakin banyak sel yang terdapat
di dalam tubuh. Jumlah sel yang banyak akan berdampak pada laju respirasi,
sehingga hasil produk respirasi berupa molekul CO2 juga akan
meningkat.
Menurut Hermawan (2012: 22) jenis
kelamin laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan membutuhkan energi banyak
dalam beraktivitas. Energi yang dihasilkan merupakan hasil dari metabolisme
yang membutuhkan oksigen dan mengeluarkan CO2 sesuai laju
metabolismenya. Maka kadar CO2 hasil respirasi yang dikeluarkan oleh
jenis kelamin laki-laki seharusnya lebih besar daripada perempuan. Namun dalam
praktikum ini terdapat perbedaan dengan literatur di atas tadi. Ini disebabkan
oleh hal yang sama dengan penyebab pembahasan sebelumnya yaitu karena kesalahan
pembuatan larutan yang tidak sesuai dengan indikator warna larutan yang
disediakan oleh asisten praktikum.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas,
kadar CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas, besar berat
badan, dan jenis kelamin. Selain fakor-faktor tadi, usia seseorang pun
mempengaruhinya.
4.2.2 Pengukuran
Frekuensi Pernapasan
Berdasarkan tabel 2 pengukuran frekuensi
pernapasan dilakukan dalam berbagai posisi dan aktivitas tubuh. Terlihat bahwa
frekuensi pernapasan yang akan semakin menurun seiring dengan lamanyan jeda
setelah aktivitas tubuh yang dilakukan. Namun antara aktivitas duduk, berjalan,
dan berlari terdapat peningkatan frekuensi.
Hal yang diamati pada pengukuran
frekuensi pernapasan ini adalah frekuensi setelah aktivitas terjadi. Dilihat
dari data bahwa setiap menitnya mengalami penurunan frekuensi, hal ini
disebabkan oleh penurunan aktivitas yang telah dilakukan. Aktivitas yang
menurun akan membuat frekuensi pernapasan ikut menurun karena kebutuhan oksigen
untuk metabolisme sel pun menurun. Jadi hal ini sejalan dengan hal yang telah
diamati pada pengamatan ini.
Menurut Hermawan (2012: 23) frekuensi
pernapasan akan meningkat saat berjalan atau berlari diam. Semakin tinggi
aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Hal ini disebabkan
oleh kebutuhan oksigen pada saat beraktivitas meningkat yang akan menyuplai sel
untuk proses metabolisme. Proses metabolisme yang meningkat akan menyebabkan konsentrasi
CO2 meningkat pula sehingga tubuh akan terangasang untuk
mengeluarkannya. Agar kebutuhan energi yang meningkat terpenuhi maka tubuh akan
meningkatkan pula frekuensi pernapasan guna memperbayak suplai oksigen dan
mengeluarkan CO2 yang ada di dalam tubuh. Begitupun sebaliknya,
aktivitas yang berangsur-angsur menurun akan memperlambat frekuensi pernapasan
karena kebutuhan O2 dan kandungan CO2 dalam sel menurun.
Menurut Yulaekah (2007: 51) frekuensi
pernapasan dipengaruhi juga oleh massa tubuh seseorang. Semakin berat massa
tubuh frekuensi pernapasan semakin banyak. Tubuh yang semakin besar massanya
memiliki jumlah sel yang banyak pula sehingga membutuhkan suplai oksigen yang
semakin banyak. Tubuh yang membutuhkan oksigen yang banyak akan memberikan
tanggapan memperbanyak frekuensi pernapasannya.
Selain aktivitas, faktor yang
mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh, dan posisi
tubuh, serta yang lainnya. Bertambahnya usia seseoramg mengakibatkan frekuensi
pernapasan menjadi semakin lambat. Hal ini karena pada usia lanjut, energi yang
dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat usia pertumbuhan sehingga
oksigen yang diperlukan relatif sedikit.
4.3 Pertanyaan
dan Jawaban
4.3.1 Pertanyaan
Pengukuran Molekul CO2
1. Bandingkan
data saudara setelah dan sebelum latihan, wanita dan pria yang berat badannya
di atas 50 Kg dan di bawah 50 Kg!
2. Petakan
data tersebut dalam grafik!
3. Buatlah
kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan!
4.3.2 Pertanyaan
Frekuensi Pernapasan
1. Dari
data yang diperoleh, informasi apa saja yang anda dapatkan? Buatlah kesimpulan
bagaimana aktivitas tubuh mempengaruhi frekuensi pernapasan!
4.3.3 Jawaban
Pengukuran Molekul CO2
1. Tabel
data perbandingan pernapsan
No |
Nama |
Jenis
Kelamin |
Berat Badan |
Jumlah
tetes NaOH |
Massa
CO2 |
||
Sebelum |
Setelah |
Sebelum
(mg) |
Sesudah
(mg) |
||||
1 |
Ridho |
L |
<50
Kg |
40 |
50 |
0,44 |
0,55 |
2 |
Sapto |
L |
>50
Kg |
120 |
142 |
1,32 |
1,562 |
3 |
Reva |
P |
<50
Kg |
95 |
100 |
1,045 |
1,1 |
4 |
Susan |
P |
>50
Kg |
125 |
50 |
1,375 |
0,55 |
2. Grafik
pemetaan kadar CO2 hasil respirasi
3. Berdasarkan
tabel dan garfik hasil pengamatan di atas, kadar CO2 yang dihasilkan
dari proses respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut adalah aktivitas, besar berat badan, dan jenis kelamin. Siring
meningkatnya aktivitas dan berat badan seseorang kadar karbondioksida yang
dihasilkan respirasi semakin meningkat karena seseorang yang besar berat badan
dan aktivitasnya tinggi metabolisemnya pun ikut tinggi guna menghasilkan
energi. Metabolisme memiliki produk samping yaitu karbondioksida yang
konsentrasinya meningkat seiring dengan aktivitas metabolisme yang meningkat
juga.
4.3.4 Jawaban
Frekuensi Pernapasan
1. Informasi
yang didapatkan adalah semakin meningkatnya aktivitas maka frekuensi pernapasan
juga ikut meningkat. Selain itu faktor peningkatan frekunsi pernapasan juga
bisa dipengaruhi oleh berat badan. Semakin besar berat badan seseorang maka
frekuensi pernapasannya akan lebih sering. Secara berurutan aktivitas duduk,
berjalan, dan berlari semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengukuran kadar CO2 dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan air ditambah Bromthimol Blue yang
diteteskan NaOH sebagai indikator massa CO2. Hasil menunjukkan bahwa
kadar CO2 pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, jumlah
berat badan >50 Kg lebih tinggi daripada < 50Kg, dan aktivitas yang
tinggi (berlari) lebih tinggi kadar CO2nya daripada yang
aktivitasnya rendah (sebelum berlari). Hal ini disebabkan oleh metabolisme yang
menghasilkan produksamping berupa CO2 semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya kebutuhan suplai energi.
Frekuensi pernapasan dipengaruhi
oleh faktor-faktor beberapanya yaitu posisi dan aktivitas tubuh, berta berat
badan. Posisi tubuh duduk lebih kecil daripada saat beraktivitas berjalan dan
berlari. Seseorang yang berat tubuhnya besar akan memiliki frekuensi pernapasan
lebih sering daripada yang berat badannya kecil. Hal tersebut di atas
dipengaruhi oleh metabolisme tubuh yang meningkat ketika beraktivitas dan pada
seorang yang besar berat badanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hermawan,
S. 2012. Perbandingan Pengaruh Sport Massage dan Swedish Massage terhadap
Perubahan Denyut Nadi dan Frekuensi Pernapasan. Online http://eprints.uny.ac.id
diunduh pada 25 Maret 2017 Pukul 11.14 WIB
Isnaeni,W.
2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius.Yogyakarta hlm.288
Limbong,
E.M. 2016. Hubungan antara Kondisi Fisik Rumah dan Memasak Menggunakan Kayu
Bakar di dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kecamatan Sianjur
Mula-Mula Kabupaten Samosir Tahun 2015. Onine http://repository.usu.ac.id
diunduh pada 25 Maret 2017 Pukul 11.14 WIB
Saminan.
2012. Pertukaran Udara O2 dan CO2 dalam Pernapasan. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. 12 (2) : 122--126
Wulandari,
D.A, 2014. Karakteristik dan Kapasitas Vital Paksa Paru Pekerja Bagian
Produksi Aspal Hotmix PT. Shabaritha Perkasa Abadi Tahun 2014. Online http://repository.usu.ac.id
diunduhpada 21 Maret 2017 Pukul 08.48 WIB
Yulaekah,
S. 2007. Paparan Debu Terhirup dan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja
Industri Batu Kapur. Online http://eprints.undip.ac.id
diunduh pada 26 Maret 2017 Pukul 15.01 WIB
0 komentar:
Posting Komentar