WHAT'S NEW?
Loading...

Laporan Anfisman 1 Golongan dan Tekanan Darah


LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

GOLONGAN DAN TEKANAN DARAH


 


Disusun Oleh:

Nama

:

Rasyid Ridho

NIM

:

2224142983

Kelas

:

VI C

Sesi

:

1

Kelompok

:

3




JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2017





I.       PENDAHULUAN



1.1         Latar Belakang

Darah dalam  tubuh dialirkan melalui pembuluh darah yang telah dipompa oleh jantung. Darah yang mengalir terdiri dari komponen padat yaitu sel-sel darah dan komponen cair yaitu plasma darah. Sel-sel darah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Komponen-komponen yang menyusun darah kemudian membetuk beberapa fungsi diantaranya sebagai agen pengangkut zat nutrisi yang diperlukan tubuh, pengangkut hormon, gas respirasi, dan sisa metabolisme. Darah juga berperan dalam sistem imun khususnya leukosit dan penyembuhan luka oleh trombosit.

Darah yang dimiliki manusia dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan tipe aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi) yang dimiliki oleh darah tersebut. Penggolongan darah penting untuk dikehui karena berhubungan dengan proses transfusi darah. Transfusi darah ini penting dilakukan ketika seseorang sedang dalam keadaan pendarahan da harus mengganti darahnya yang hilang dengan segera. Transfusi darah yang gagal akan menyebabka penggumpalan darah di dalam pembuuh darah yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu di dalam prkatikum kali ini melakukan pengecekan golongan darah, agar praktikan mengetahui cara mengetahui golongan darah seseorang.

Darah yang mengalir dalam tubuh manusia sebelumnya dipompa oleh jantung yang memiliki siklus kontraksi dan relaksasi. Siklus kontraksi dan relaksasi ini disebut siklus jantung. Akibat dari siklus ini darah mengalir memalui pembuluh darah dengan tekanan dari jantung. Tekanan aliran darah dapat diukur menggunakan alat disebut tensimeter. Tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg. Selain melakukan pengecekan golongan darah praktikum ini juga melakukan pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah ini dilakukan agar praktikan mengetahui cara mengukur tekanan darah dan faktor yang menyebabkan fluktuasinya tekanan darah.


1.2          Tujuan Praktikum

1.      Mempelajari cara menentukan golongan darah A B O dan Rh

2.      Menghitung tekanan darah sistol dan diastol



III.                   METODE PRAKTIKUM



3.1  Alat dan Bahan

·         Alat

1.      Blood pen

2.      Blood lancet

3.      Tusuk gigi

4.      Gelas objek

5.      Kapas

6.      Tensimeter

·         Bahan

1.      Darah yang diuji

2.      Satu set antisera

3.      Alkohol


3.2  Cara Kerja

3.3.1        Menentukan Golongan Darah

1.      Ujung jari dihapus oleh kapas yang diberi alkohol 70%

2.      Jari ditusuk oleh blood lancet steril

3.      Tetesan pertama dihapus oleh kapas beralkohol hingga bersih

4.      Jari tersebut dipijat perlahan hingga keluar darah dari luka tadi kemudian darah yang keluar diteteskan pada gelas objek di tiga tempat yang berlainan

5.      Satu tetes antisera A diteteskan di dekat salah satu sisi dan cara yang sama dilakukan untuk antisera B, dan Rh pada tetesan darah lainnya

6.      Tetesan masing-masing antisera diaduk dengan darah oleh ujung tusuk gigi secaraterpisah

7.      Kemudian adukan dibiarkan beberapa saat (kurang lebih 3 menit), apa yang terjadi pada masing-masing campuran darah dan antisera diperhatikan (mana yang terjadi penggumpalan, mana yang tidak)

3.3.2        Mengukur Tekanan Darah

1.      Duduk dengan tenang, lengan kiri diletakkan seolah-oleh sejajar dengan jantung

2.      Manset dibalutkan pada lengan atas (kanan atau kiri) yang mengandung arteri branchialis, kira-kira 2,5 cm di atas sikut

3.      Tombol start pada tensimeter digital dipencet dan ditunggu hingga angka pada layar berhenti yang akan menunjukkan nilai tekanan sistol per tekanan diastol

4.      Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pengecekkan golongan darah

5.      Hasil pengukuran  dicatat dan dibandingkan antara tekanan darah sebelum dan setelah pengecekkan darah

 




IV.                   HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1  Hasil Pengamatan

4.1.1     Penentuan Golongan Darah

Tabel 1 hasil pengamatan penentuan golongan darah

Nama

Anti A

Anti B

Anti Rh

Keterangan

Putri Sarah M

Tidak gumpal

Gumpal

Gumpal

Golongan B;  Rh +

Rasyid Ridho

Tidak Gumpal

Gumpal

Gumpal

Golongan B; Rh +

Reva Aprilia

Tidak gumpal

Tidak gumpal

Gumpal

Golongan O; Rh +

Siti Khaerani

Gumpal

Tidak gumpal

Gumpal

Golongan A; Rh +

Siti Sulasanah

Tidak gumpal

Gumpal

Gumpal

Golongan B; Rh +

Suryaningsih

Gumpal

Tidak gumpal

Gumpal

Golongan A; Rh +


4.1.1      Pengukuran Tekanan Darah

Tabel 2 hasil pengamantan pengukuran tekanan darah


Nama


Jenis kelamin

Pengukuran 1

Pengukuran 2

Sistol (mmHg)

Diastol (mmHg)

Sistol (mmHg)

Diastol (mmHg)

Putri Sarah M

Perempuan

108

79

87

71

Rasyid Ridho

Laki-laki

130

92

105

77

Reva Aprilia

Perempuan

118

75

98

70

Siti Khaerani

Perempuan

137

92

109

88

Siti Sulasanah

Perempuan

119

82

126

82

Suryaningsih

Perempuan

118

85

114

78

Rata-rata

121,6

84

106,5

77,6


4.2  Pembahasan

4.2.1   Penentuan Golongan Darah

Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan menggunakan tes antiserum. Darah diambil dari ujung jari yang ditusukkan dengan blood lancet. Setiap tetesan darah diberikan beberapa tetes antiserum, baik antiserum A, antiserum  B, dan antiserum Rh.

Darah yang dicek pada kelompok kami sebanyak 6 orang. Darah kemudian diteteskan antiserum dan ditunggu hingga beberapa saat. Hasilnya terlihat bahwa sebanyak 2 orang yang bergolongan darah A dan Rh+, 3 orang golongan darah B Rh+, dan 1 orang golongan darah O Rh+. Penentuan golongan darah dapat dilihat dari tes antiserum yang diberikan. Apabila terdapat penggumpalan maka darah tersebut memiliki antigen atau aglutinogen yang bertentangan dengan tes antiserum tersebut sehingga darah bisa digolongkan ke dalam golongan A, B, atau AB serta Rh+. Namun apabila tidak terjadi penggumpalan maka golongan darah itu adalah O dan atau Rh-.

Seorang yang memiliki golongan darah A di permukaan eritrositnya terdapat aglutinogen A dan di dalam plasmanya terdapat anglutinin B. Apabila golongan darah diteteskan antiserum A maka tidak akan terjadi penggumpalan karena antiserum A sebagai aglutinin telah mengenali aglutinogen A sebagai antigen yang sesuai. Sebaliknya jika diteteskan antiserum B maka darah akan menggumpal karena antiserum B akan bereaksi terhadap aglutinogen A sebagai antigen yang tidak sesuai dengan antiserum B (Syaifuddin.2007:  148).

Sama halnya dengan golongan darah A, golongan darah B memiliki aglutinogen B dan aglutinin A. Apabila golongan darah B diteteskan antiserum A maka darah akan terjadi pengumpalan sebagai reaksi antibodi dari antiserum A terhadap aglutinogen B. Apabila antiserum B diteteskan maka tidak terjadi penggumpalan karena antiserum B tidak akan bereaksi terhadap aglutinogen B.

Golongan darah AB yang memiliki dua aglutinogen yaitu aglutinogen A dan B akan bereaksi terhadap dua jenis antiserum yaitu antiserum A dan B dan terjadi penggumpalan.  Sedangkan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen A dan atau B maka darah tidak akan menggumpal jika diteteskan antiserum A dan B sehingga tampak menyatu. Sama halnya dengan sistem golongan darah ABO, golongan Rh ditandai dengan adanya Aglutinogen (antigen) Rh. Seseorang yang memiliki aglutinogen Rh pada eritrositnya disebut Rh+ jika tidak ada disebut Rh-. Antiserum Rh yang berinteraksi dengan aglutinogen Rh akan membentuk suatu kompleks dan terjadilah aglutinasi atau penggumpalan darah (Hondro. 2012: 7)

Aglutinasi terjadi akibat interaksi antara antibodi (antiserum) dan aglutinogen sebagai antigen dari darah. Antibodi adalah molekul protein yang memiliki satu atau lebih tempat perlekatan (combining sites) yang disebut paratope. Antigen adalah molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari limfosit, antigen merupakan singkatan dari antibody-generator (pembangkit antibodi). Kompleks antigen-antibodi terjadi saat antiserum dicampur dalam perbandingan 1:1 dengan antigen. Ikatan antara antigen-antibodi terjadi karena kekuatan kimia dan molekuler yang diabngkitkan antara faktor antigen dan area pengikat antigen pada Fab end molekul antibodi. Faktor antigen berasal dari permukaan molekul dan dalam reaksinya dengan imunoglobulin akan cocok dengan salah satu reseptor imunoglobulin. Ikatan yang terjadi anara antigen dan molekul imunoglobulin walaupun sangat spesifik namun ikatannya lemah dan reversibel (Melati.2012: 53).


4.2.2   Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diukur dengan  menggunakan tensimeter baik manual ataupun digital. Pada praktikum ini tensimeter digitallah yang digunakan. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dengan kondisi sebelum dan sesudah pengecekkan golongan darah yang menggunakan blood lancet. Pengukura dilakukan dua kali ini bertujuan untuk melihat faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Hasil pengukuran tekanan darah pertama didapatkan rata-rata kelompok sebesar 121,6/84 mm Hg. Menurut Suryono dalam Rati (2008: 5) tekanan darah kurang dari 130/85 mm Hg adalah tekanan darah yang normal. Pengukuran kedua setelah pengecekkan gologan darah didapatkan rata-rata kelompok sebesar 106,5/77,6 mm Hg. Selisih antara kedua hasil pengukuran tersebut yaitu 20,1 untuk tekanan sistol dan 6,4 untuk tekanan diastol.

Penurunan tekanan darah yang terjadi dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada praktikum ini. Sebelum pengecekkan golongan darah merasa tertekan karena jarinya harus ditusuk oleh blood lancet sehingga membuat rasa tegang dan jantung memompa darah lebih kencang. Menurut Rati (2008: 9) kondisi psikis seseorang dapat mempengaruhi tekanan darah, misalnya kondisi seseorang yang mengalami stres atau tekanan. Respon tubuh terhadap stres disebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan ketegangan otot. Stres akan menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih kuat dan cepat. Detak jantung yang kuat ini membuat pembuluh darah menjadi ketat dan sempit.

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tidak hanya kondisi psikis saja. Faktor lain yaitu usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, status gizi, aktivitas tubuh, dan lainnya. Selain itu menurut Anggara (2013) Indeks Massa Tubuh (IMT) mempengaruhi tekanan darah seseorang. Berat badan seseorang yang meningkat di atas berat badan ideal maka resiko hipertensi juga meningkat.



V.          PENUTUP



5.1    Kesimpulan

Penentuan golongan darah dapat menggunakan metode penggumpalan atau aglutinasi oleh antiserum. Golongan darah A yang memiliki aglutinogen (antigen) A akan menggumpal jika diteteskan antiserum A. Golongan darah B yang memiliki aglutinogen (antigen) B akan menggumpal jika diteteskan antiserum B. Golongan darah AB yang memiliki aglutinogen (antigen) A dan B akan menggumpal jika diteteskan antiserum A dan B. Golongan darah O yang tidak memiliki aglutinogen tidak akan menggumpal jika diteteskan antiserum A dan B. Golongan darah Rh+ yang memiliki antigen faktor Rh akan mengumpal jika diteteskan antiserum Rh. Penggumpalan ini terjadi akibat interaksi antara aglutinogen dan antiserum yang menyerupai antibodi yang akan mengikat antigen.

Penggukuran tekanan darah dapat menggunakan alat yang bernama tensimeter baik manual ataupun digital. Tekanan darah normal umumnya adalah sebesar 120/80 mmHg yaitu 120 mmHg menunjukkan tekanan sistolik dan 80 mmHg menunjukkan tekanan diastolik. Faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya tekanan darah yaitu kondisi psikis, usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, status gizi, aktivitas tubuh, massa tubuh, dan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Anggara, F.H.D. dan Nanang Prayitno. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) 20-25

Campbell, N.A. dan Reece. 2012. Biologi Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga hal.50-53

Hondro, Y. 2012. Gambaran Golongan Darah ABO dan Rhesus pada Siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Online: http://repository.usu.ac.id diunduh pada 17 Maret 2017 Pukul 19.27 WIB hal. 7-10

Melati, E. R. Passarella, R. Primartha, A. Murdiansyah. 2012. Desain dan Pembuatan Alat Pendeteksi Golongan Darah menggunakan Mikrokontroler. Jurnal Generic. 5 (2) 55-60

Rati, M.D. 2008. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Berdiri Empat Jam pada Tenaga Kerja Wanita di Departemen Inspecting Unit Weaving V Apac Inti Corpora. Online: http://lib.unnes.ac.id diunduh pada 19 Maret 2017 Pukul 22.33 WIB

Syaifuddin. 2007. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC

Taringan, R. 2012. Study Penggolongan Darah A, B, O, dan AB Melalui Analisa Secara Biokimia Klinis. Online: http://repository.usu.ac.id diunduh pada 17 Maret 2017 Pukul 22.15 WIB

0 komentar:

Posting Komentar